Oleh M. Hadiyansyah
Deddy Corbuzier dalam podcastnya sering menanyakan, kenapa sekarang bangsa kita jadi begini (mudah menghujat, tanpa sopan santun dan lain sebagainya) ? Apakah karena sosmed, atau jangan-jangan memang sebenarnya bangsa kita itu begini, cuma dulu nggak terekspos saja ?
Saya akan coba jawab ya, meski mungkin Deddy nggak lihat jawaban ini.
Poster ilustrasi oleh M Nuskan Abdi |
Iya, memang karena sosmed bangsa kita kehilangan, atau lupa dengan budayanya sendiri.
Budaya kita sebenarnya adalah budaya berakhlak baik.
Dulu saya pernah melihatnya sendiri langsung.
Tiga tahun hidup di Kab. Magelang saya melihat sendiri orang akan saling sapa ketika bertemu di jalan "Nderek langkung" sambil membungkukkan badannya, dan dijawab "Monggo nderekaken"
Hal tersebut terjadi tidak hanya di jalan jalan pelosok desa di Magelang, tapi juga di pemukiman kotanya.
Setiap ada tamu datang, pasti akan disuruh makan dan harus mau, meskipun tamu tadi datang hanya untuk mengantarkan undangan atau atur atur. Kalau yang ini biasanya di pedalaman desa.
Orang saling berbicara dengan nada yang lembut menentramkan pendengarnya.
Mereka lebih banyak merasa sungkan takut menyinggung perasaan lawan bicaranya.
Sosmed memang telah mengubah perilaku kita, ini juga saya rasakan sendiri.
Dulu saya pernah facebook-an dan kebetulan berteman dengan salah seorang Kiai yang sangat saya hormati dan memang sangat di hormati di Indonesia.
Suatu ketika beliau membuat postingan, kemudian saya berkomentar.
Saya tidak ingat apa komentar saya saat itu tapi yang jelas, komentar saya termasuk komentar yang baik bukan Hatespeech.
Sesaat kemudian, saya getun bukan main. Kenapa saya berani berkomentar ?. Saya getun karena saya tahu seandainya ini bukan di fesbuk, seandainya saya benar benar sedang berhadapan dengan beliau, face to face, saya yakin dengan pasti, pasti saya hanya akan tertunduk mendengar petuah petuah beliau tanpa berani bersuara. itu pasti.
Lalu kenapa saya di facebook berani komentar di status beliau..
Getun bukan main saya saat itu.
Kemudian saya sadar, bahwa di medsos, kita tidak dapat merasakan sosok lawan bicara kita.
Kita tidak melihat "jogrok" lawan bicara kita, sehingga kita tidak bisa merasakan bicara dengan manusia.
Kita seperti hanya bicara dengan mesin, atau mungkin seperti bicara sendiri di toilet.
Kita tidak dapat merasakan wibawa, energi, aura, ekspresi atau yang lainnya seperti ketika kita berbicara secara langsung bertemu dengan orangnya.
Itulah kenapa ketika di medsos kita sering kebablasan.
Kita sering melihat sendiri bukan, ada orang di medsos tampak ramai, heboh, lucu, galak, tetapi ketika bertemu beneran jadi pendiam.
Termasuk saya sendiri..
Saya sebenarnya anaknya pendiam.
0 Comments