Memasuki penghujung tahun, sudah menjadi hal lumrah terjadi saat ini, tentang pambahasan hukum merayakan tahun baru (dalam konteks ini adalah tahun baru masehi), sampai-sampai khutbah jum'at kemarin di masjid salah satu daerah dan mungkin terjadi di daerah lain, sang khotib menceritakan tentang keharaman merayakan tahun baru, dengan konvoi, dengan menyalakan kembang api, dengan berpesta-pesta dan lain sebagainya. Terkesan memang malam pergantian tahun baru masehi seperti momok yang menakutkan bagi sebagian golongan, sehingga perlu dikeluarkan fatwa haram untuk merayakannya.
Dalam hal ini, penulis menyinggung soal teknis perayaan malam pergantian tahun baru masehi yang memang identik westernisasi alias meniru budaya kebarat-baratan entah dengan mengundang organ tunggal (orkesan), mabuk-mabukan, konvoi dijalanan dan lain sebagainya, bahkan ada yang mengarah kepada seks bebas antar pasangan muda mudi. naudzubillah....
Memang cenderung banyak yang melakukan hal-hal tersebut, sehingga banyak kalangan yang sangat anti pati dengan perayaan malam pergantian tahun.
Seperti peribahasa, jika kukumu panjang, potonglah kukunya, bukan jarinya, jadi yang perlu dikoreksi adalah teknis perayaannya bukan perayaan itu sendiri.
Banyak didaerah-daerah, peringatan malam pergantian tahun dirayakan dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat, seperti mukhasabah refleksi akhir tahun, pembacaan surat Yaa Siin dan tahlil, ada yang mengundang grup Maulid Simtud Duror dan lain-lain sebagainya. Mengutip perkataan teman, bahwa "Ungkapan syukur itu masing-masing, selama tidak mengganggu hak orang lain dan tidak membahayakan diri atau orang lain, itu sah-sah saja dilakukan".
Banyak komunitas-komunitas pecinta alam, mengungkapkan rasa syukurnya dengan mengadakan kegiatan bersih alam di gunung atau pantai, atau bahkan ada yang melakukan pengibaran bendera merah putih di tebing.
Komunitas pecinta musik, melaksanakan musik bhakti untuk negeri, yang menyelenggarakan konser musik untuk menggalang amal dari para penonton untuk disumbangkan kepada orang yang membutuhkan, sebagai ungkapan syukur. Dan lain sebagainya.
Tinggal, bagaimana kita menyikapi kesempatan sisa usia kita dipenghujung tahun ini. Akankah kita masih seperti tahun-tahun sebelumnya, ataukah ber-hijrah menjadi manusia yang lebih baik di tahun mendatang?.
Wallahu a'lam...
0 Comments