Tepat hari ini, tanggal 12 Rabi'ul Awwal, seluruh umat muslim di dunia terkhusus di Indonesia, beramai-ramai memanjatkan syukur kepada Allah SWT dan sholawat serta salam kepada junjungan, kekasih dan penghulu umat Muslim, Sayyidina Muhammad Shollallahu 'alaihi Wasallam karena bertepatan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi Wasallam.
Berkecamuk rasa rindu kepada beliau, seraya meneteskan air mata menahan haru saat mahallul qiyam atau yang sering disebut Srakal oleh kalangan santri dan orang-orang kampung. Tak sedikit mata yang berkaca-kaca dengan suara yang sedikit berat karena menahan tangis rindu kepada Beliau saat pembacaan sholawat atasnya. Pernahkah anda merasakan rasa rindu yang demikian?. Dipisahkan berabad-abad dengan Rasulullah, tetapi merasakan rindu yang teramat sangat kepada beliau?.
Di dalam sebuah hadits diriwayatkan, bahwa Rasulullah Shollallahu 'alaihi Wasallam saat melakukan ziarah ke makam syuhada' Uhud sebelum beliau wafat, Rasulullah berkata “Assalamu’alaikum ya syuhada Uhud, Kalian telah lebih dahulu dan kami akan menyusul kalian, dan kami Insya Allah akan bertemu kalian dalam perjalanan pulang”.
Sekian lama beliau berdiri di tepi makam, Hatinya yang lembut itu meleleh dan bergetar. Entah kapan hal itu terjadi tiba tiba saja pipi putihnya basah oleh air mata. Rasul SAW menangis, para sahabat kaget dan kemudian bertanya tentang sebab tangisannya.
Suasana di majelis pertemuan itu hening sejenak. Semua yang hadir diam membatu. Mereka seperti sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi Sayyidina Abu Bakar. Itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihi melafazkan pengakuan sedemikian.
Seulas senyuman yang sedia terukir di bibirnya pun terungkai. Wajahnya yang tenang berubah warna. “Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?” Sayyidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula menyerabut pikiran.“Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan),” suara Rasulullah bernada rendah.
“Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain pula.
Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Baginda bersuara,
“Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka.”
Pada ketika yang lain pula, Rasulullah menceritakan tentang keimanan "ikhwan" Baginda:
“Siapakah yang paling ajaib imannya?” tanya Rasulullah.
“Malaikat,” jawab sahabat.
“Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka sentiasa dekat dengan Allah,” jelas Rasulullah.
Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, “Para nabi.”
“Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka.”
“Mungkin kami,” celah seorang sahabat.
“Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian,”pintas Rasulullah menyangkal hujjah sahabatnya itu.
“Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih mengetahui,” jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.
“Kalau kamu ingin tahu siapa mereka, mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Qur’an dan beriman dengan semua isinya. Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan tujuh kali lebih berbahagia orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku,” jelas Rasulullah.
“Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka,” ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu. Ada berbaur kesayuan pada ucapannya itu.
Begitulah nilaian Tuhan. Bukan jarak dan masa yang menjadi ukuran. Bukan bertemu wajah itu syarat untuk membuahkan cinta yang suci. Pengorbanan dan kesungguhan untuk mendambakan diri menjadi kekasih kepada kekasih-Nya itu, diukur pada hati dan terbuktikan dengan kesungguhan beramal dengan sunnahnya.
Itulah kerinduan Rasulullah pada umat akhir zaman. Kita, manusia akhir zaman yang dirindukan oleh Beliau. Sebelum adanya kita di muka bumi, Rasulullah sudah cinta dan rindu kepada kita, lantas apakah kita juga rindu kepada Beliau?. Seorang yang akan memberikan pertolongan di padang mahsyar.
Sholawat dan salam kami padamu, yaa Sayyidina, yaa Habibana, yaa Rasulullah Muhammad Shollallahu 'alaihi Wasallam.
0 Comments