Selamat Datang di Blog GP Ansor Ranting Kranji


Informasi dan Pemesanan Klik pada Gambar

NU Kultural dan Dampaknya Bagi Keberlangsungan Organisasi

Oleh : M. Nuskan Abdi (Wakil Ketua Pimpinan Ranting GP Ansor Kranji)




"Polemik antara NU kultural dan struktural sampai sekarang belum selesai. Seolah-olah keduanya berjalan sendiri-sendiri atau bahkan saling berhadapan dan tidak bisa membangun sinergi." Itulah kalimat pertama yang ditulis oleh NU Online dalam wawancaranya dengan Ketua PBNU Bapak Kyai Haji Masdar F. Mas'udi, pada 28 Februari 2007.

Poster Ilustrasi dari M. Nuskan Abdi
Hal inilah yang menjadi permasalahan kini dan mungkin akan terus berlanjut sampai nanti jika kesadaran berorganisasi warga (yang mengaku) Nahdliyyin tidak muncul.

Sudah sering kita jumpai, banyak orang mengaku NU di media sosial, tetapi tidak sejalan dengan pemikiran dan aturan organisasi hanya karena hidup di lingkungan Nahdliyyin dan melaksanakan rutinan yang dilakukan oleh warga Nahdliyyin.

Dahulu Hadratus Syaikh Kyai Haji Hasyim Asy'ari, Rois Akbar Nahdlatul Ulama meyatukan jama'ah - jama'ah untuk berkumpul dalam satu Jam'iyyah agar bisa satu komando dalam mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Nah kalau sekarang kita hanya berkutat dalam jama'ah saja tanpa mau melirik dan berkontribusi dalam Jam'iyyah, sebenarnya kita mundur ratusan tahun kebelakang.

Kita bisa merasakan nikmat berbangsa dan nikmat dalam berislam, salah satunya dengan peran serta Jam'iyyah Nahdlatul Ulama yang terus dihidupkan dan dijalankan melalui mekanisme organisasi.

95 Tahun dalam perjalanannya, kepengurusan Nahdlatul Ulama selalu mengikuti zaman. Warga Nahdliyyin yakin, Gusti Allah memilihkan ketua umum PBNU untuk menahkodai organisasi besar ini sesuai tantangan pada zamannya. Kita sebagai warga dan anggota NU, sepatutnya menyertai dan terus mendoakan para pengurus NU agar istiqomah dan diberikan kekuatan dalam mengemban amanah tersebut, bukan malah menggembosi.

NU yang akan datang, haruslah diisi oleh orang-orang yang ditempa pengkaderan sedari dini. Dari IPNU lanjut ke GP Ansor, dan muaranya adalah untuk berjuang di rumah besar Nahdlatul Ulama, karena apabila NU diisi oleh orang yang awam tentang NU, naudzubillah...
Apabila warga Nahdliyyin banyak yang berada di zona nyaman kultural saja, akhirnya orang-orang akan apatis dengan struktural, "wong ora ono pengurus NU ne bek wes do jalan rutinan'e". Astaghfirullah....

Sudah saatnya kita sadar akan pentingnya menghidupkan NU melalui mekanisme organisasi, berkontribusi aktif dalam organisasi dan siap ketika organisasi mengamanahkan tanggung jawab kepada kita.

Menjaga Kultur NU dengan berjama'ah memang sudah selayaknya dilakukan warga Nahdliyyin, tetapi harus dibarengi dengan peran aktif di Struktur.  

Post a Comment

0 Comments