Kalangan Nahdliyyin pada umumnya sangatlah akrab dengan bacaan qasidah Burdah.
Disini admin mencoba mengulang kembali kaitan dengan maulid Burdah tersebut.
Didalam ceramah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA di suatu daerah, beliau pernah menyinggung soal asal usul qasidah burdah.
Kalimat burdah itu sendiri mempunyai arti Selendang, Jubah atau Mantel milik Sayyidina Rasulullah Muhammad SAW yang diberikannya kepada Ka'ab bin Zuhair bin Abi Salma, seorang penyair terkenal Muhadramin (penyair dua zaman yaitu Jahiliyyah dan Islam). Riwayat pemberian burdah oleh Rasulullah saw kepada Ka’ab bin Zuhair bermula, selayaknya seorang penyair, Ka'ab memiliki banyak syair buatannya sendiri, tetapi syair-syair buatannya ditujukan untuk menjelekkan Rasulullah dan karena kelihaiannya bersyair, syair Ka'ab langsung tenar dikalangan bangsa Makkah waktu itu.
Syair ejekan tersebut sampai di telinga para sahabat, sontak saja para sahabat ingin mencari Ka'ab dan membunuhnya, tetapi sebelum niat itu terlaksana, khabar tersebut disampaikannya kepada Rasulullah. Mendengar khabar tersebut, bukannya marah, Rasulullah malah tersenyum dan penasaran dengan sosok Ka'ab bin Zuhair ini.
Mendengar khabar bahwa para sahabat sedang mencari dan akan membunuhnya, Ka'ab merasa jiwanya terancam, Ka'ab lari bersembunyi untuk melindungi diri dari kemarahan para sahabat.
Ketika terjadi penaklukan Makkah, saudara Ka’ab yang bernama Bujair bin Zuhair mengutus surat kepadanya yang isinya antara lain menganjurkan Ka’ab agar pulang bertaubat dan berjumpa Rasulullah saw.
Setelah memahami isi surat itu, Ka’ab pun pulang ke rumah dan bertaubat. Ka’ab lalu berangkat menuju ke Makkah.
Sesampainya di Makkah, beliau masuk masjid dan bertemu dengan Rasulullah SAW, tetapi dia belum pernah melihat secara langsung sosok Rasulullah dengan mata kepala sendiri. Seketika terjadilah obrolan antara keduanya, bahwasanya Ka'ab merasa teracncam dan sangat takut akan kemarahan Nabi Muhammad dan para Sahabat atas ulahnya menggubah syair untuk menjelekkan Nabi Muhammad dan para Sahabat. Seraya tersenyum, beliau menjawab akan menjamin keselamatannya. Ka'ab lantas bertanya, siapakah gerangan orang yang bisa menjamin keselamatan atas kemarahan para sahabat?. Rasulullah-pun akhirnya memperkenalkan diri, beliau adalah Muhammad yang sering menjadi bahan gubahan syairnya.
Mendapat perlakuan yang jauh dari perkiraanya, Ka'ab menangis dihadapan Rasulullah dan berjanji tidak akan melakukan kesalahannya lagi, dan selanjutnya Ka'ab mengucapkan dua kalimat syahadat diahadapan Rasulullah.
Setelah Ka'ab membaca persaksiannya bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, Ka’ab mendapat penghormatan yang tinggi dari Rasulullah SAW sehinggalah baginda melepaskan burdahnya dan diberikan kepada Ka’ab. Ka’ab kemudiannya menggubah sebuah qasidah yang dikenali dengan nama Qasidah Burdah.
Itulah, sejarah singkat Qasidah Burdah yang dapat kami sampaikan.
Wallahu a'lam.
0 Comments